Bumerang Maya
Sobat, beberapa saat yang lalu saya mendapat telepon dari seorang kawan lama. Saya sedikit kaget dengan kehadiran suara serak di ujung sana yang mencoba menyapa saya di saat mata ini mulai merindukan kehadiran bantal tempat bersandar, menghabiskan sisa-sisa malam hingga mentari baru muncul esok pagi. Awalnya saya sedikit jengkel dengan deringan telepon dari nomor tak dikenal. Seperti biasa, saya tidak terbiasa menerima panggilan dari anonymus, tetapi deringan yang kelima merobohkan kebiasaan itu.
"Assalamu'alaikum,.!" dengan nada sedikit kesal (karena kantuk telah demikian merajai) saya paksakan untuk menerima panggilan dari anonymus. "Wa'alaikumussalam. Maaf Bro,, Aku Farhan.. Kalau ente tidak keberatan, aku ingin sedikit bercerita, apalagi sudah lama tidak jumpa.."
Farhan...?? Saya mencoba memutar otak, mengingat kembali setiap wajah yang rasa-rasanya bisa mewakili nama itu.. "Halo,, Bro! ente belum tidur kan? Biasanya dulu ente kuat begadang nungguin Arsenal.." Suara dengan logat itu membuatku menemukan sosok seorang pemuda berkulit hitam dengan rambut ikal khas Supermannya (menurut dia). Yaah,, Farhan yang hobi nongkrong di Kantin dekat perpustakaan kampus, yang dulu suka datang ke kontrakan dengan sekotak martabak bangka, yang suka minjam catatan kuliah karena lebih memilih sibuk dengan survei ini-itu yang digelutinya di salah satu LSM sehingga jarang menampakkan wajah di bangku kuliah, Farhan yang simple dan easygoing. Seakan-akan memori 4 tahun silam kembali merasuki benakku, masa-masa kemerdekaan yang tidak akan pernah dilupakan..
"Tumben kamu ngoling Han..! nelpon malam-malam.. mau bawain martabak bangka ya..?" Suara gelak tawa Farhan tendengar di seberang sana. ...... tetapi ada yang berbeda, tawa itu terasa gersang..., ada hal aneh yang tak ku mengerti menyeruak di sana,, suatu perasaan terpendam berbau kepedihan, pedih yang sengaja disamarkan lewat tawa yang ku anggap sedikit berlebihan.., Aku tidak akan pernah lupa dengan tawa kawanku yang simple, sederhana.., dan ini jelas berbeda!!
Tidak kurang dari 30 menit Farhan memainkan melodi-melodi sendu, seolah sedang memainkan lagu-lagu bertempo andante, mengalir dengan santai ke seluruh aliran darahku, namun nada-nada minor yang dimainkannya membuatku beberapa kali menghela nafas panjang..
Ini kisah yang berat kawan! Seperti Sad-Ending Story bagi saya.. Bukan hendak melebih-lebihkan, tetapi apa yang barusan saya dengar berada di luar jangkauan akal sehat saya. Saya cukup mengenal keluarga kecil Pak Erman dan Bu Nina. Sebuah keluarga kecil impian (menurut pendapat saya), Farhan adalah anak pertama dari 3 bersaudara, Raisa dan Tasya adalah adik-adik perempuan Farhan, keduanya berkulit lebih cerah dari Farhan, maklum, Pak Erman memang berkulit cerah (baca: putih), sedangkan Farhan lebih mirip dengan Bu Nina.
Pak Erman sehari-hari bekerja di salah satu perusahaan swasta yang bergerak di bidang properti, sedangkan Bu Nina sehari-hari mengabdikan dirinya di salah satu SMU Negeri, menjadi tenaga pendidik yang beberapa kali pernah menyabet penghargaan Guru Teladan di tingkat kota. Berbeda dengan Farhan yang sedikit "melenceng", Raisa dan Tasya adalah anak-anak langganan juara, bisa dikatakan lebih kepada study oriented. Sekali lagi, sepengetahuan saya keluarga ini adalah salah satu keluarga percontohan di komplek tempat saya menghabiskan 4 tahun masa kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di kota ini.
Pernah dengar pepatah lama yang mengatakan "Jangan pernah meremehkan batu kerikil, banyak manusia yang terjatuh justru karena tersandung kerikil kecil." Sobat, saya hanya ingin sedikit berbagi cerita pahit, layaknya obat, pahit namun membawa kesembuhan. Ini cerita kehancuran sebuah rumah tangga yang bermula dari sini, dunia maya!
Seiring pesatnya perkembangan teknologi, makin marak situs-situs jejaring sosial kita dapati, yang serba free. Kalangan pelajar sudah pasti, tak ketinggalan kelompok "Tua" juga turut menikmati. Karena akal mulai digerogoti, nafsu pun mengambil alih kendali. Pak Erman yang semula disayang dan dihormati, berubah menjadi sosok yang dibenci. Bu Nina yang dahulunya lembut dan baik hati, sekarang luluh lantak karena tersakiti, dikhianati!!
Awalnya, keanehan itu sudah dirasakan Farhan. Geliat-geliat aneh telah terdeteksi sekitar 5 bulan yang lalu. Hari itu Farhan berniat menjebol akun milik Ayahnya, Pak Erman. Entah angin apa yang membuat Farhan begitu nekat melakukan hal yang sedikit lancang itu.., yang jelas,, yang didapati malah membuat sakit hati.
Farhan, dia tidak serta merta mencerca orang tuanya dengan membabi buta, namun Farhan mencoba mengurai kembali benang yang mulai kusut itu, ia bergerak cepat mensortir tiap pesan yang dirasa tidak layak, atau sesuatu yang akan menimbulkan goresan-goresan luka di bilik-bilik hati Ibunya. Farhan mencoba mengirim sebuah surel ke akun yang diduga kuat adalah "teman" Ayahnya...
Assalamu'alaikum...
Maaf sebelumnya Bu Novita,, Saya Farhan.., Anak pertama dari Pak Erman. Demi keselamatan bersama,, saya memaksa masuk ke akun Ayah saya,, semua komentar sengaja saya hapus, semua pesan termasuk pesan ini setelah saya kirimkan juga akan saya hapus.. Sekali lagi ini demi kebaikan bersama.. Memang, tampaknya hal ini remeh-temeh,, tetapi sependek pengetahuan saya, sudah banyak yang berbalik menjadi bumerang bagi kehidupan rumah tangga orang-orang di luar sana.. Saya tidak mau hal itu terjadi kepada keluarga saya.. dan tentunya Ibu Novita yang saya hormati juga menginginkan hal yang sama..
Maaf jika saya sedikit lancang,, sebagai anak yang baru menginjak dewasa, saya cukup memahami kondisi psikologis orang-orang dewasa di usia yang Ayah saya dan Ibu Novita sedang tapaki..
Saya doakan kebaikan selalu menaungi kita semua,, Aamiin..
Terimakasih..
Di lorong malam,
Saat kantuk dikalahkan rasa,
*semua nama sengaja dikaburkan demi kenyamanan bersama
Post a Comment for "Bumerang Maya"