Another Epilogue; Menemukan atau Ditemukan
Hari ini sekali lagi ku saksikan jalan akhir manusia
Sebuah epilog yang menjadi keniscayaan makluk bernyawa
Tak seperti sungai yang merindukan samudera
Masih tak tau arah mana tempat bermuara
Tak ada kesempatan tuk bertanya
Jika ada, jawaban yang ditunggu tak kunjung tiba
Tersuruk di bibir kaku dan kelunya lidah
Terhimpit ketidakberdayaan hamba
Pembelajaran terhebat ada di sana
Begitulah baginda Rasul pernah bersabda
Tak terhitung sudah yang ke berapa
Namun masih saja tak mampu menyibak makna
Apakah mata terlalu lemah?
Hingga jutaan makna hebat itu selalu luput dari pandangan?
Atau pandangan mata tak lagi cukup menjelaskan?
Apakah hati pun tak lagi menangkap?
Diselimuti gemerlap kabut gulita
Kabut yang teramat pekat
Ramadahan pun seakan merintih tuk sekedar menyapa
Cahayanya redup diterpa semilir angin barat
Dibuai dimanja gemerlapnya kegelapan
Tapi cahaya tetaplah cahaya
Di cerahnya langit bermentari
Di sendunya bulan malam hari
Ditemukan atau menemukan
Ku harap cahaya ini tetap bertahan
Meski makin hari gelap makin merajai
Aah.. begitu buas melahap cahaya kecil ini
Ku pun tak menyadari
Yang merambat begitu halus
Tak ku dengar hentakan tapak kakinya
Tak terasa hawa keberadaanya
Makin hari makin pekat saja
Terhenyak, tersentak
Saat langkah terhenti di tapal batas
Saat langkah terhenti di tapal batas
Sebuah epilog melambai-lambai
Sadarku lenyap bersama jutaan makna hebat yang tak pernah terungkap
Post a Comment for "Another Epilogue; Menemukan atau Ditemukan"